Jadi waktu di Gramedia kemarin, saya sempet baca 1 judul buku Metropop yang berjudul "Magnet Curhat", karyanya mbak Primadonna Angela. Sebenarnya, buku tersebut menjadi salah satu calon buku yang waktu itu akan saya bawa pulang, tapi berhubung budget saya terbatas, akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku itu lain kali saja, hehe...
"Magnet Curhat"
meskipun belum baca isinya, sedikit banyak saya bisa membayangkan apa yang dimaksud magnet curhat itu. Magnet curhat adalah seseorang yang sering menjadi tempat curhat bagi teman, sahabat, keluarga atau orang lain yang dikenalnya. Orang yang punya aura tong sampah #eh
Haha! tapi bener lho, filosofi tong sampah emang ada di Si Magnet Curhat ini, gimana nggak? setau saya seseorang itu bisa mencurhatkan apapun yang ada di dalam kepalanya, dari hal yang paling menyenangkan sampai yang paling menyedihkan. Dari yang paling penting sampai yang paling gag penting. Tapi ukuran penting gag pentingnya ini relatif lho, karena buat yang lagi curhat bisa jadi itu adalah urusan yang paling udin sedunia #emm. Misalnya nih curhatan kalo dia lagi ngerasa sedih banget karena Pangeran William akhirnya lebih milih Kate Middleton daripada dia. Bingung juga, harus nanggepin gini: "Ya ampun, gag nyangka ya Pangeran William gitu banget, tega" atau gitu "Wkwkwkwk, lebay ahhh" atau gini gitu alias bingung mau ngemeng apa.
Buat saya, "curhat" itu adalah ekspresi kepercayaan dari suatu hubungan, entah itu hubungan persahabatan, keluarga, percintaaan atau bahkan hubungan kita sama Tuhan. Berdoa itu bentuk curhat juga kan? ;)
Mengapa saya menyebutnya ekspresi kepercayaan?
Karena biasanya seseorang lebih memilih untuk curhat kepada orang-orang yang benar-benar ia percaya. Oleh karenanya aspek menjaga kepercayaan juga sangatlah penting, bukan saja sebagai salah satu bentuk etiket curhat tapi juga etika ;)
Tapi masalahnya, pada wanita ini agak lebih sulit. Saya juga gag tau, tapi sepertinya wanita memang memiliki radar bigos (biang gosip) yang lebih dahsyat daripada kebanyakan pria. LOL. Saya salah satu korban sekaligus pemilik radar alami ini. Hmm, kadang-kadang saya juga suka menceritakan cerita ataupun gosip yang saya dengar dari seorang teman ke teman yang lain. Tapi saya ini pemilih, ada beberapa pertimbangan saya terkait apa yang bisa diceritakan dan apa yang tidak.
Pertama dan terutama, tentunya saya menyeleksi seberapa sensitifnya masalah tersebut, kalau sangat sensitif, pribadi dan rahasia, biasanya saya lebih memilih diam.
Kedua, saya melihat sosok yang mencurhati saya tersebut, mencoba mengenali seperti apa kepribadiannya. Buat saya ini penting, contohnya buat orang yang introvert, bercerita itu sendiri suatu hal yang sulit lho apalagi untuk bisa mempercayai seseorang. Dan untuk orang introvert, seleksi terhadap sensitivitas suatu masalah harus dilakukan dengan lebih mendalam. Alasannya, kalau ada seorang introvert bercerita kepadamu bisa jadi baginya itu adalah masalah yang sangat-sangat penting, karena pada keadaan biasa, meskipun ada masalah, seorang introvert akan lebih memilih untuk menyimpan dan mengatasinya sendiri. Berbeda dengan seorang ekstrovert yang lebih bisa bercerita tentang apapun.
Ketiga, sama seperti ketika seseorang memilih untuk curhat kepada seseorang yang benar2 ia percaya, begitu juga saya, ketika pada akhirnya saya bercerita pun, saya harus memilih orang yang benar-benar dapat saya percaya. Dan ingat! Jangan menambah-nambahi ceritamu dengan bumbu2 kebohongan yang memang membuatnya menarik, tapi tetap saja kan, kau sedang membuat cerita bohong?
dan mungkin masih ada beberapa pertimbangan lainnya, yang intinya adalah kepekaan
selain masalah menjaga kepercayaan ini, menurut saya masih ada beberapa etiket dan etika lainnya sebagai seseorang yang dicurhati:
1. Banyak2lah mendengar daripada berbicara. Karena seringkali orang lebih butuh didengarkan daripada dinasihati. Ketika seseorang datang kepadamu, menceritakan segala masalahmu, bisa jadi ia tak tau lagi harus bercerita kepada siapa.
2. Jujurlah. Ketika ia meminta pendapatmu tentang masalahnya, katakan dengan jujur opinimu. sekali lagi opini. Opini adalah sesuatu yang sifatnya relatif kan. Jadi ketika ia meminta pendapatmu, ya katakan saja sejujurnya, termasuk apabila kamu merasa bahwa apa yang dilakukannya kurang tepat. Tapi 1 hal yang harus diingat, lakukanlah itu karena kamu menyayanginya bukan dengan tujuan untuk menghakiminya. Ini hal yang berbeda, orang yang sungguh-sungguh menyayangimu akan memarahimu dan merangkulmu kembali tanpa pernah ingin menyakitimu, berbeda dengan menghakimi.
3. Tetap berpikir jernih dan logis. Ketika ada seseorang bercerita kepadamu tentang si X begini begitu. Mohon jangan langsung percaya dan malahan ikut menghakimi si X. Apalagi jika kamu juga mengenal si X. Jangan sampai pada akhirnya, curhatan itu menjadi fitnah yang menyakitkan. Di atas semua itu, jangan pernah menghakimi seseorang begitu saja.
4. Jangan terlalu polos. Di kejadian nomor tiga, temanmu bercerita tentang si X dan dengan polosnya, kau menceritakannya ke si X. Hindari deh kalau bisa, karena bisa jadi akan menimbulkan permusuhan di antara temanmu tadi dan si X kan?
Dan etiket curhat tak hanya menyangkut pihak yang dicurhati tapi juga pihak pencurhat, yaitu:
1. Terbukalah untuk menerima kritik dan saran. Apalagi jika kau memang meminta pendapatnya. Lebih baik dia jujur kan? Lagipula pada akhirnya, bukankah dirimu sendiri yang mengambil keputusan, apakah opininya membangun atau hanya membuatmu semakin terpuruk. Menerima pendapat orang lain tak lantas membuatmu kehilangan kendali atas hidupmu kan? ;)
2. Curhat di waktu dan kondisi yang tepat. Misalnya: Hindari bercurhat di saat orang yang akan kau curhati itu juga sedang dibelit masalah besar.
3. Jangan bohong. Literally.
4. Gunakan bahasa yang komunikatif dan dapat dimengerti. Misalnya saja kau tak akan curhat dalam bahasa Inggris sementara orang di depanmu tak bisa berbahasa Inggris kan, even yang pasif?
5. Hindari bercurhat kepada orang yang terlibat langsung dalam masalahmu. Misalnya saja kau bercerita bahwa pacarmu suka padanya. Apa ya bahasa yang bisa menggambarkannya? Aneh sekali mungkin? karena bisa jadi dia memang tidak tau menau sebelumnya, dan pada akhirnya ia terseret2 dalam masalahmu kan, padahal mungkin ia tidak bersalah apapun. Dan yang jelas curhat kepada orang yang terlibat langsung dalam masalahmu akan memperbesar kemungkinan adanya opini yang tidak objektif.
I think that's all! ;)
"Magnet Curhat"
meskipun belum baca isinya, sedikit banyak saya bisa membayangkan apa yang dimaksud magnet curhat itu. Magnet curhat adalah seseorang yang sering menjadi tempat curhat bagi teman, sahabat, keluarga atau orang lain yang dikenalnya. Orang yang punya aura tong sampah #eh
Haha! tapi bener lho, filosofi tong sampah emang ada di Si Magnet Curhat ini, gimana nggak? setau saya seseorang itu bisa mencurhatkan apapun yang ada di dalam kepalanya, dari hal yang paling menyenangkan sampai yang paling menyedihkan. Dari yang paling penting sampai yang paling gag penting. Tapi ukuran penting gag pentingnya ini relatif lho, karena buat yang lagi curhat bisa jadi itu adalah urusan yang paling udin sedunia #emm. Misalnya nih curhatan kalo dia lagi ngerasa sedih banget karena Pangeran William akhirnya lebih milih Kate Middleton daripada dia. Bingung juga, harus nanggepin gini: "Ya ampun, gag nyangka ya Pangeran William gitu banget, tega" atau gitu "Wkwkwkwk, lebay ahhh" atau gini gitu alias bingung mau ngemeng apa.
Buat saya, "curhat" itu adalah ekspresi kepercayaan dari suatu hubungan, entah itu hubungan persahabatan, keluarga, percintaaan atau bahkan hubungan kita sama Tuhan. Berdoa itu bentuk curhat juga kan? ;)
Mengapa saya menyebutnya ekspresi kepercayaan?
Karena biasanya seseorang lebih memilih untuk curhat kepada orang-orang yang benar-benar ia percaya. Oleh karenanya aspek menjaga kepercayaan juga sangatlah penting, bukan saja sebagai salah satu bentuk etiket curhat tapi juga etika ;)
Tapi masalahnya, pada wanita ini agak lebih sulit. Saya juga gag tau, tapi sepertinya wanita memang memiliki radar bigos (biang gosip) yang lebih dahsyat daripada kebanyakan pria. LOL. Saya salah satu korban sekaligus pemilik radar alami ini. Hmm, kadang-kadang saya juga suka menceritakan cerita ataupun gosip yang saya dengar dari seorang teman ke teman yang lain. Tapi saya ini pemilih, ada beberapa pertimbangan saya terkait apa yang bisa diceritakan dan apa yang tidak.
Pertama dan terutama, tentunya saya menyeleksi seberapa sensitifnya masalah tersebut, kalau sangat sensitif, pribadi dan rahasia, biasanya saya lebih memilih diam.
Kedua, saya melihat sosok yang mencurhati saya tersebut, mencoba mengenali seperti apa kepribadiannya. Buat saya ini penting, contohnya buat orang yang introvert, bercerita itu sendiri suatu hal yang sulit lho apalagi untuk bisa mempercayai seseorang. Dan untuk orang introvert, seleksi terhadap sensitivitas suatu masalah harus dilakukan dengan lebih mendalam. Alasannya, kalau ada seorang introvert bercerita kepadamu bisa jadi baginya itu adalah masalah yang sangat-sangat penting, karena pada keadaan biasa, meskipun ada masalah, seorang introvert akan lebih memilih untuk menyimpan dan mengatasinya sendiri. Berbeda dengan seorang ekstrovert yang lebih bisa bercerita tentang apapun.
Ketiga, sama seperti ketika seseorang memilih untuk curhat kepada seseorang yang benar2 ia percaya, begitu juga saya, ketika pada akhirnya saya bercerita pun, saya harus memilih orang yang benar-benar dapat saya percaya. Dan ingat! Jangan menambah-nambahi ceritamu dengan bumbu2 kebohongan yang memang membuatnya menarik, tapi tetap saja kan, kau sedang membuat cerita bohong?
dan mungkin masih ada beberapa pertimbangan lainnya, yang intinya adalah kepekaan
selain masalah menjaga kepercayaan ini, menurut saya masih ada beberapa etiket dan etika lainnya sebagai seseorang yang dicurhati:
1. Banyak2lah mendengar daripada berbicara. Karena seringkali orang lebih butuh didengarkan daripada dinasihati. Ketika seseorang datang kepadamu, menceritakan segala masalahmu, bisa jadi ia tak tau lagi harus bercerita kepada siapa.
2. Jujurlah. Ketika ia meminta pendapatmu tentang masalahnya, katakan dengan jujur opinimu. sekali lagi opini. Opini adalah sesuatu yang sifatnya relatif kan. Jadi ketika ia meminta pendapatmu, ya katakan saja sejujurnya, termasuk apabila kamu merasa bahwa apa yang dilakukannya kurang tepat. Tapi 1 hal yang harus diingat, lakukanlah itu karena kamu menyayanginya bukan dengan tujuan untuk menghakiminya. Ini hal yang berbeda, orang yang sungguh-sungguh menyayangimu akan memarahimu dan merangkulmu kembali tanpa pernah ingin menyakitimu, berbeda dengan menghakimi.
3. Tetap berpikir jernih dan logis. Ketika ada seseorang bercerita kepadamu tentang si X begini begitu. Mohon jangan langsung percaya dan malahan ikut menghakimi si X. Apalagi jika kamu juga mengenal si X. Jangan sampai pada akhirnya, curhatan itu menjadi fitnah yang menyakitkan. Di atas semua itu, jangan pernah menghakimi seseorang begitu saja.
4. Jangan terlalu polos. Di kejadian nomor tiga, temanmu bercerita tentang si X dan dengan polosnya, kau menceritakannya ke si X. Hindari deh kalau bisa, karena bisa jadi akan menimbulkan permusuhan di antara temanmu tadi dan si X kan?
Dan etiket curhat tak hanya menyangkut pihak yang dicurhati tapi juga pihak pencurhat, yaitu:
1. Terbukalah untuk menerima kritik dan saran. Apalagi jika kau memang meminta pendapatnya. Lebih baik dia jujur kan? Lagipula pada akhirnya, bukankah dirimu sendiri yang mengambil keputusan, apakah opininya membangun atau hanya membuatmu semakin terpuruk. Menerima pendapat orang lain tak lantas membuatmu kehilangan kendali atas hidupmu kan? ;)
2. Curhat di waktu dan kondisi yang tepat. Misalnya: Hindari bercurhat di saat orang yang akan kau curhati itu juga sedang dibelit masalah besar.
3. Jangan bohong. Literally.
4. Gunakan bahasa yang komunikatif dan dapat dimengerti. Misalnya saja kau tak akan curhat dalam bahasa Inggris sementara orang di depanmu tak bisa berbahasa Inggris kan, even yang pasif?
5. Hindari bercurhat kepada orang yang terlibat langsung dalam masalahmu. Misalnya saja kau bercerita bahwa pacarmu suka padanya. Apa ya bahasa yang bisa menggambarkannya? Aneh sekali mungkin? karena bisa jadi dia memang tidak tau menau sebelumnya, dan pada akhirnya ia terseret2 dalam masalahmu kan, padahal mungkin ia tidak bersalah apapun. Dan yang jelas curhat kepada orang yang terlibat langsung dalam masalahmu akan memperbesar kemungkinan adanya opini yang tidak objektif.
I think that's all! ;)